Laporan Praktikum Penyakit dan Kesehatan Ternak tentang MELAKUKAN IDENTIFIKASI DAN PENANGANAN PENYAKIT BALIZIEKTE DAN MYASIS PADA TERNAK SAPI


L A P O R A N


PENYAKIT DAN KESEHATAN TERNAK

TENTANG

MELAKUKAN IDENTIFIKASI DAN PENANGANAN PENYAKIT BALIZIEKTE DAN MYASIS PADA TERNAK SAPI



OLEH

A B D I R R A H M A N
Nim : 122381044



AKNS PDD SUMBAWA
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG

TAHUN 2013


LEMBAR PENGESAHAN
Laporan  ini disusun dan diserahkan guna memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah Penyakit dan Kesehatan Ternak.
.

Telah disetujui / disahkan pada hari …………..….. Tanggal ………….. 2013



Sumbawa, 14 Mei 2013
Mahasiswa




ABDIRRAHMAN



Dosen Pengasuh 1




Drh. NOVI PERMATASARI
Menyetujui :


Dosen Pengasuh 2




SRI HERMAWATI, S.KH




PENDAHULUAN

Bagi negara yang beriklim tropis seperti Indonesia dengan keadaan cuaca yang panas sangat kering atau lembab akan mempengaruhi status kesehatan ternak. Bila suhu dan kelembaban udara sangat tinggi, maka penyebab penyakit dapat berkembang dan meningkat sampai keadaan kesehatan hewan tidak dapat di pertahankan lagi keseimbangannya, maka dari itu memelihara ternak agar tetap sehat sangatlah penting karena dapat mengurangi biaya pengeluaran bila ternak sakit. 
Salah satu cara untuk menjaga kesehatan ternak adalah dengan mengontrol dan mengatur tata laksana kesehatan ternak, antara lain dengan pemeriksan kesehatan ternak melalui pengamatan tingkah laku ternak, pemeriksaan fisik tubuh ternak dan pemeriksaan kondisi fisiologis ternak. 
Ternak sehat adalah ternak yang tidak terjadi penyimpangan dari kondisi normalnya. Ciri-ciri hewan sehat antara lain gerakan aktif, sikapnya sigap, selalu sadar dan tanggap terhadap perubahan situasi sekitar yang mencurigakan.
Penyakit pada ternak yang tersebar sekarang ini banyak disebabkan oleh parasit, baik endoparasit maupun ektoparasit. Endoparasit merupakan parasit yang berada dalam tubuh induk semang. Ektoparasit merupakan parasit yang berada di luar atau permukaan tubuh induk semang.

Tujuan Praktikum
1.    Untuk mengetahui kondisi kesehatan dari pemeriksaan fisik, tingkah laku, dan kondisi fisiologis ternak.
2.    Untuk mengetahui jenis-jenis parasit penyebab penyakit.
3.    Praktikan dapat mengerti dan mendiagnosa kondisi kesehatan ternak sehingga dapat mengambil tindakan yang paling tepat terhadap ternak yang dinyatakan sakit.

Metode Praktikum

1.    Anamnesa.
Menanyakan kondisi ternak kepada orang yang merawat ternak tersebut. Pertanyaan berisi semua aspek yang menyangkut tentang kesehatan ternak tersebut.
2.    Pemeriksaan kesehatan ternak.(Diagnosais)
Pemeriksaan kesehatan ternak dilakukan dengan cara pengamatan tingkah laku ternak. Pengamatan tingkah laku ternak yaitu pengamatan ternak secara kasat mata/ mata telanjang yang meliputi pengamatan aktifitas gerak ternak, aktifitas makan dan minum, mengamati pergerakan dari anggota tubuh ternak, dan posisi berdirinya. Selain itu juga mengamati kondisi permukaan tubuh, lubang-lubang tubuh seperti mulut, hidung, mata, telinga, anus, vulva, putting susu, serta gerakan nafas.
3.    Penanganan kasus.
Penaganan Kasus Baliziekte dan Myasis

HASIL PEMBAHASAN

Anamnesa.
Teknik anamnesa digunakan untuk mengetahui ternak tersebut sakit atau sehat, teknik anamnesa dilakukan dengan menanyakan langsung kepada peternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (1997) yang menyatakan bahwa anamnesa yaitu suatu cara untuk mengetahui kondisi kesehatan ternak dengan cara menanyakan pada pemilik ternak yang meliputi permasalahan serta hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan ternak. 
Berdasarkan hasil wawancara anamnesa dengan Pemilik Ternak  dapat disimpulkan sebagai berikut :
Ternak sapi yang dipelihara dengan pola penggembalaan pasture sangat sulit dikontrol pakannya. Pada musim kemarau tanaman Lantana camara dan Medicago sp sangat mudah tumbuh dan mampu bertahan dalam situasi kering sehingga terkadang menjadi pilihan makanan oleh ternak sapi yang dipelihara dengan pola penggembalaan Pasture. Lantana camara mengandung Lantadene-A yang bersifat meracuni hati (hepatotoksik), sehingga hati akan melepaskan beberapa zat yang akan menimbulkan reaksi peningkatan kepekaan kulit terhadap sinar matahari (fotosensitisasi).

Pemeriksaan Kesehatan Ternak (Diagnosis).
1.    Baliziekte
Berdasarkan hasil anamnesa pada awalnya, sapi mengalami demam, pucat (anemik), mata berlendir, hidung mengalami peradangan dan Keguguran. Peradangan pada selaput lendir akan berlanjut menjadi luka – luka dangkal yang tertutup oleh keropeng. Kerusakan kulit berupa eksim akan mengering, kemudian mengelupas menyerupai kerupuk dan akhirnya terlepas meninggalkan luka.
Sapi Bali yang mengkonsumsi Lantana Camara menimbulkan suatu penyakit Hipersensivitas yang dikenal dengan Baliziekte.
Kerusakan pada kulit akibat serangan penyakit Baliziekte terutama terjadi dibagian tubuh sapi yang tidak ditumbuhi bulu atau yang bulunya jarang. Kulit sapi yang sedikit atau tidak berpigmen dan yang terus menerus terkena sinar matahari, Pada awalnya, luka – luka tersebut timbul secara simetris, yaitu terjadi pada tubuh bagian kanan dan kiri pada organ yang sama. Luka yang timbul menyebabkan rasa gatal, sehingga sapi akan menjilat – jilat bagian yang luka tersebut sehingga semakin melebar.

2.    Myasis
Perkembangan luka radang akibat Baliziekte yang terlambat ditangani akan diikuti oleh timbulnya larva lalat yang bertelur pada luka (myasis), Belatung (larva lalat) dan kuman sering menyebabkan infeksi sekunder dan membuat luka semakin parah dan bernanah, keadaan ini akan semakin memperparah kondisi sapi yang sakit. Hal inilah yang terjadi pada sapi tersebut.

Penanganan Kasus
1.    Baliziekte
Dasar pengobatan etno-veteriner untuk penyakit ini adalah mengeliminasi racun yang ada dalam sirkulasi darah dengan beberapa tahapan sebagai berikut :
a.    Sapi ditempatkan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung
b.    Berikan air minum dalam jumlah yang banyak
c.    Luka ditutup dengan campuran Kapur + Biji Pinang (Areca catechu) + Kunyit(Curcuma domesticate rhizoma) (2 : 1 : 2 dalam berat) selama 3 hari berturut-turut. Semua bahan dihaluskan dan dicampur menjadi satu, kemudian ditambah dengan sedikit air, hingga berbentuk krim atau lotion.
d.    Sementara sapi diberikan makanan yang bersifat detoksikatif seperti : Rambutan + garam atau Mentimun + garam. (3 kg + 3 sendok makan garam) per hari untuk sapi dewasa (125 – 200 kgm. Bobot Badan) selama 3 hari berturut-turut, atau diberikan air kelapa sebanyak 5 butir kelapa per hari selama 3 hari berturut-turut.
e.    Pencegahan infeksi sekunder dilakukan dengan pemberian bawang putih (50 gram-100 gram untuk sapi dewasa) yang dihancurkan dan dicampurkan dengan konsentrat, kemudian dibentuk seperti bola-bola kecil dan diberikan per hari selama 5 hari berturut-turut, ramuan ini lebih baik lagi bila ditambah dengan temulawak (Curcuma xanthorrica) (50 gram untuk sapi dewasa) untuk mempercepat regenerasi sel-sel hati. Dosis untuk sapi muda lebih kurang ¼ - ½ dosis sapi dewasa
f.     Eliminasi semua tanaman yang bersifat hepatotoksik di sekitar area pemeliharaan.
g.    Sapi akan segera menunjukkan reaksi kesembuhan dalam waktu 7 hari.

2.    Penanganan Myasis
1.    Menghentikan kasus yang aktif
Mulai dengan pemberian Suplement SE Oral dua kali sehari dalam pakan (20cc). Suplemen ini untuk menenangkan reaksi gigitan Culicoides. Tumbuh-tumbuhan akan mengurangi peradangan untuk penyembuhan dan menghentikan gatal.
2.    Shampoo
Shampoo untuk menghilangkan kerak dan puing-puing bakteri. Shampoo membantu dalam penyembuhan. Gunakan tiga hari berturut-turut dan kemudian dua kali seminggu sampai kulit sembuh.
3.    Enzim Quadrabiotic Salep
Setelah mengeluarkan kerak dengan Shampoo, keringkan daerah tersebut, dan pijat perlahan, olesi salep di daerah yang terkena, ini guna untuk memerangi infeksi bakteri sekunder, dan menghentikan gatal.
4.    RK ™ Topical Spray
Berikan RK Spray ™ topikal dua kali sehari. Untuk mengusir dan membunuh Culicoides, Kutu, Nyamuk, dan Lalat . Spray ini sangat penting dalam penyembuhan kulit.
5.    Belatung yang masih tertinggal dievakuasi secara manual.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan saya mengantisipasi kasus keracunan dengan peningkatan produksi pakan hijauan dan reboisasi menggunakan tanaman pakan ternak menurut pendapat saya dapat menurunkan kasus keracunan akibat tanaman. Karena pengembalaan pasture masih menjadi andalan peternak di daerah kita.
Implementasi medikasi dengan bahan natural (herbal dan anorganik) memberikan hasil yang sangat positif pada arus kas Peternak, karena terdapat pengurangan biaya pada pos pengeluaran untuk medikasi.
Saran saya agar segera ditangani jika terjadi kasus Baliziekte baik dengan cara medis kedokteran modern ataupun kedokteran Desa (medo desa maksudnya) karena Balizekte merupakan awal dari Komplikasi penyakit lain sehingga memperparah keadaan ternak jika terlambat ditangani.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan